A. Six Sigma
1. Pengertian Six Sigma
Six Sigma adalah strategi, disiplin ilmu, dan alat –
untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis. Six Sigma terfokus pada
peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena mengikuti model
formal,yaitu DMAIC ( Define, Measure, Analyze, Improve, Control )dan
alat karena digunakan bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagram Pareto(Pareto
Chart) dan Histogram.
Intinya dapat meningkatkan kualitas dan kinerja
bisnis, kesuksesan six sigma bergantung pada kemampuan memecahkan masalah.
2. Karakteristik six sigma
- Kelangsungan dalam perusahaan bergantung kepada kemajuan bisnis.
- Perusahaan akan terus bertambah besar berdasarkan kepuasan pelanggan (customer)
- Kepuasan pelanggan ditentukan oleh 3 hal quality, price dan delivery.
- Quality, price dan delivery dikontrol oleh process capability.
- Process capability tergantung dari variasi yang ada.
- Variasi proses dapat menentukan kenaikan defect, cost dan cycle time.
3. Keunggulan Six Sigma
- Menurunkan Cost of loss, perbaikan kualitas dan service produk serta kepuasan konsumen terjamin dengan six sigma.
- Dapat mengurangi secondary process [rework] dan claim dengan secara menyuluruh.
- Membuat keputusan berdasarkan data dan tidak hanya berdasarkan praduga saja yaitu dengan bukti nyata.
- Dapat diterapkan dalam segala bidang baik bidang Industri maupun bidang financial.
- Fokus terhadap 3P (Product, Process, People).
- Sangat berdampak terhadap investasi di perusahaan.
- Berdampak terhadap biaya-biaya yang ada.
- Pengolahan data sangat mudah dengan menggunakan statistik.
fungsi umum diagram kontrol adalah
sebagai berikut :
1) Membantu mengurangi variabilitas .
2) Memonitor kinerja setiap saat
masalah yang ada dipekerjaan.
3) Memungkinkan proses koreksi untuk
mencegah penolakan
Selain menggunakan langkah-langkah DMSAIC, Six Sigma
juga melakukan metodelogi DMADV, sama halnya dengan DMAIC, DMADV juga terdiri
atas lima langkah yang harus dilakukan, antara lain :
1. Define : mendefinisikan
tujuan-tujuan dari aktifitas desain yang konsisten dengan keinginan konsumen
dan strategi bisnis perusahaan
2. Measure : menghitung dan
mengidentifikasi CTQ ( Critical to Quality), kapasitas produk, kapabilitas proses
produksi, dan taksiran risiko.
3. Analyze : menganlisa alternative
yang dirancang dan di bangun, menciptakan rancangan tingkat dan mengevaluasi
kapabilitas rancangan untuk memilih rancangan yang terbaik.
4. Design : merancang detail,
mengoptimalkan detail rancangan, dan merencanakan verifikasi rancangan yang ada.
Fase ini mungkin saja membutuhkan proses yang sangat lama.
5. Verify : menguji rancangan dan menerapkan
proses produksi dan meyerahkan pada pemilik proses. Pada saaat inilah dilakukan
dengan secara ketelitian yang tinggi agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan
keiinginan.
Kelebihan Six Sigma
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding
metode lain adalah:
1. Six Sigma lebih rinci dari pada
metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma diterapkan di bidang usaha apa
saja mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan
pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha yang dijalankan.
2. Six Sigma sangat berpotensi
diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur disamping lingkungan teknikal,
misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran,
logistik, teknologi informasi dan sebagainya. Mempermudah dalam perhitungan
semua hal yang mempengaruhi kinerja perusahaan.
3. Dengan Six Sigma dapat dipahami
sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan direspon balik dengan cepat. Pemrosesan
yang tepat tanpa ada keraguan yang di kerjakan.
4. Six Sigma sifatnya tidak statis.
Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan berubah mengikuti sesuai
dengan yang terjadi dilapangan.
B. TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Pengertian Total Quality Management
Total Quality
Management adalah kemampuan produk untuk memperbaiki dan menerapkan kesadaran
kualitas pada semua proses di organisasi. Sedangkan menurut Kid Sadgrove (1995)
TQM adalah “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first
time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement)
dan memotivasi karyawan“
Lebih lanjut menurut Bill Creech, 1996, menyatakan
bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem
yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
Unsur-unsur TQM
TQM merupakan model perbaikan mutu yang sifatnya terus
menerus dan berkelanjutan. Menurut Arthur R. Tenner dan Irving J. De Toro
dalam buku “Total Quality Management” (1992:32-33), model TQM dibangun
berdasarkan tiga prinsip mutu:
1. Fokus pada pelanggan Dalam filosofi
TQM, konsumen memegang peranan penting, sehingga segala sesuatunya dimulai dan
diawali oleh harapan konsumen. Mutu ditentukan oleh konsumen bukan oleh
manajemen perusahaan.
2. Proses perbaikan Konsep perbaikan
terus menerus dibentuk berdasarkan sesuai urutan langkah kegiatan terkait dalam
menghasilkan suatu produk. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk dapat
menghasilkan produk yang minim kesalahan agar kepuasan konsumen tercapai yang
diinginkan.
3. Keterlibatan menyeluruh bagian
perusahaan sangat penting untuk diperhatikan, mulai dari pimpinan perusahaan yang
dalam tugasnya untuk menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan kompetitif
di pasar yang dimasuki, karyawan yang diberi wewenang untuk memperbaiki output dengan
cara kerjasama yang ringan dan tepat.
Tujuan TQM
Secara singkat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan
adalah bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia sehingga mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
produk dan pelayanan agar kepuasan pelanggan terpenuhi.
3. Meningkatkan kerjasama antar
karyawan dengan atasan sehingga semangat kerja dapat terpelihara dengan baik
4. Meningkatkan produktifitas kerja
agar terwujudnya kualitas kerja yang baik.
5. Menurunkan biaya produksi dan mampu
menaikkan keuntungan.
6. Terlaksana kebijakan dan sasaran
perusahaan kepada konsumen.
Perbedaan TQM (Time Quality
Management) dengan Six Sigma
TQM (Time Quality Management) hanya memberikan
petunjuk secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yang ada dalam TQM).
Sayangnya TQM biasanya hanya digunakan untuk menjaga sebuah kualitas, apabila
digunakan untuk melakukan peningkatan kualitas, tentunya hal ini cukup sulit.
Beberapa penyebab TQM sulit untuk meningkatkan kualitas, yakni :
- Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis kritis lainnya.
- Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yg sama.
- Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk.
Namun , dalam six sigma semua itu dapat diatasi
caranya adalah
- Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus diperbaiki.
- Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldridge Criteria tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur.
- Six sigma menggabungkan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanya salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya.
- Six sigma menciptakan agen perubahan (change agent) yg bukan bekerja di Quality Department